Slider[Style1]

Suara West Papua

Internasional

Polhukam

Suara Mahasiswa

Opini

PARTAI PAKAR HADIR DI KABUPATEN MAMBRAMO TENGAH PROPINSI PAPUA

FOTO DPC DEWAN PENDIRI CABANG PAKAR MAMTENGA FERRY C KOGOYA. ST

CHEKO PAPUA BANDUNG 23 DESEMBER 2016. Bertepatan degan hari kelahiran Tuhan Yesus Sang Juruselamat dunia , telah hadir partai baru PAKAR Partai Kerja Rakyat di daerah kabupaten mambramo tengaha propinsi papua . pendiri MPC Majelis pendiri cabangg dan Dewan pendiri cabang DPC Partai Pakar .saudara FERRY C KOGOYA .ST .

ferry Mengatakan  ketika di tannya cheko papua "Saya berjuang demi rakyat yang di tindas secara Perekonomian Daerah propinsi papua terlebih di daerah pegunungan  , kenapa karena saya melihat tujuan partai PAKAR ini adalah lebih kepada kerja rakyat menuju peningkatan pembagunan ekonomi daerah, Tujuan utama dari partai ini sangat menarik akan membagun koperasi di setiap distrik dan desa ,dan di mana masayarakat ekonomi lemah akan di bukan lapangan kerja seperti usaha-usaha kecil di setiap desa dan distrik.

Saya secara pribadi sebenarnya tidak ingin bergabung dalam dunia PARPOL tapi ada Roh Tuhan Yesus yang berbisik dalam saya punya hati demi rakyat yang di tindas dalam berbagai bidang , makanya saya harus terjung di dunia politik daerah demi perjuangan masyarakat papua dalam hal apapun.

Saya juga bersyuhkur karen saya sudah terima SP (surat pengesahan) Dari Majelis pendiri partai kerja Rakyat indonesia berpusat di jakarta pada tangal 23 desember 2016. N0. SP.22.004.XII/MPP.2016  ,surat SP langsung di sahkan oleh MPP .Bung. SUDIRMAN KADIR(ketua) dan sekretaris MPP. Bung R. ANGKA PRASETIA di jakarta . 

Saya merasah bersyuhkur kerja Tuhan Yesus dalam saya punnya hidup banyak hal yang saya lewati dalam dunia nyata , dan akhirnya Tuhan memberikan Tanggun jawab baru yang besar untuk saya dan teman-teman saya yang akan arahkan partai ini ke depan untuk kabupaten mambramo tengah dan lebih untuk propinsi papua dan papua barat. 

Harapan saya partai ini Partai baru yang akan terjung di dunia politik di tahun 2017 ke atas , maka itu saya ajak masyarakat kabupaten Mambramo Tengah , mahasiswa/i Mambramo Mengah, dan seluruh rakyat papua agar mendukung dalam Doa , materi dan fisik agar partai baru ini berjalan sesuai visi misi partai dan tujuan utama partai yang jelas.

saya juga ajak untuk masyarakat mambramo tengah dan rakyat propinsi papua mari bergabung bersma kami dan kita satukan tali perjuangan , demi masa depan rakyat kami dan demi kemajuan partai PAKAR dalam bidang apa pun. Partai ini terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung dan berjuang bersama demi pembagunan Ekonomi daerah terimakasih. 

Editor. paulin papua.

























SORAK BANDUNG MENUNTUT REFERENDUM BAGI BANGSA WEST PAPUA DALAM MEMPERINGATI TRIKORA 19 DESEMBER 1961.

TEMPO/Prima Mulia
Bandung Jawa Barat.19-12-2016. Cheko papua .Mahasiswa dari Solidaritas Rakyat Untuk Demokrasi melakukan aksi unjuk rasa di Bandung, Jawa Barat, untuk memperingati oprasi Trikora, 19 Desember 2016. Mereka menyatakan bahwa Trikora merupakan bentuk awal penjajahan di tanah Papua. Mereka juga menuntut pemerintah untuk memberikan hak dan kebebasan menentukan nasib sendiri bagi Papua.


Foto masa aksi Sorak bandung jawa barat

Dalam rangka memperingati Trikora yang terjadi di Papua pada tanggal 19 Desember 1961 silam, Solidaritas rakyat untuk demokrasi (Sorak) menggelar aksi didepan halaman Gedung Sate, Kota Bandung . Aksi yang juga diikuti oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menuntut agar segera menghapus PT Freeport BP, LNG Tangguh, MNC dan segala bentuk kapitalisme yang terjadi di Papua, Senin (19/12/2016).
“Aksi kami rakyat Indonesia yang peduli akan kemanusian dan sebagai manusia Indonesia yang beradap  dengan penuh jiwa kami mendukung pembebasan rakyat papua berbagai jajahan  kolonialisme,kami pun mendukung kemerdekan west papua dari NKRI . Kami dari sorak ingin segera meminta pemerintah menetapkan demokrasi atau jika tidak biarkan Papua memerdekakan sendiri negaranya,” ujar Koordinator Sorak, Bara, Senin (19/12/2016).
Melalui aksi kebebasan untuk Papua itu, Sorak mendesak dan menuntut tiga hal kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah yaitu kebebasan untuk Papua harus segera dilakukan, tarik militer ( TNI- Polri) sebagai syarat damai dan segera tutup Freeport, BP, LNG Tangguh dan MNC lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua.
Bara juga menjelaskan jika saat ini di Papua sudah terjadi krisis demokrasi, setiap waktunya terjadi pembunuhan dan kekerasan kepada masyarakat Papua yang dilakukan oleh pihak-pihak berkepentingan serta kaum kapitalisme.
“Aksi lanjutan pasti ada, tapi kami terus berkoordinasi dengan teman-teman lainnya dan memantau reaksi pemerintah atas hal ini. Sebenarnya persoalan ini sudah dibicarakan selalu oleh PBB dan pemerintah, namun belum ada sikap yang pasti dan tegas,” lanjut Bara
Dalam aksi ini juga ketua AMP komite kota bandung TN. Ponak pagawak menambahakan dalam aksi ini juga kami mahasiswa papua yang bergabung dalam SORAK dan seluruh rakyat papua mendukung penuh rakyat papua barat menuju MSG , karena di MSG adalah forum melanesya yang akan membawa persoalan WEST PAPUA menuju ke berbagai Duni a dan lebih utama ke Forum tertinggi PBB. tandas ponak .

Editor : cheko papua.

TB Alim Kompromi Bandung Jawa barat Kampanyekan Pembebasan west Papua

Chandra TB Alim Kompromi berdeklamasi di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu (7/12)  malam
Cheko papua. Pembebasan Bandung, 8 Desember 2016 - Diawali dengan menyanyikan lagu Aku Papua karya Edo Kondologit, TB (Tim Berlawan) Alim Kompromi memulai pertunjukkannya di acara penutupan Pekan Literasi Kebangsaan, di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu (7/12) malam. Setelah lagu selesai didendangkan, terdengar suara “wa…wa…wa..”. Chandra, salah satu personil dari TB Alim Kompromi, sambil menari menggunakan pakaian adat West Papua, tangan bergoyang dan kaki yang melangkah senada dengan bunyi gendang yang ditabuh, memasuki panggung pertunjukkan. Ia kemudian membacakan puisi yang berjudul Percakapan Mimpi dengan Karma.

Puisi Percakapan Mimpi dengan Karma menggambarkan perjuangan Filep Karma dan Rakyat West Papua untuk lepas dari belenggu penjajahan Indonesia.

“Papua, 6 Desember itu/sekumpulan pasukan tentara Indonesia datang/dengan laga yang tak lagi bersahaja/membubarkan pengibaran Bintang Kejora/satu alasan yang mungkin kita bisa terima/juga tidak, aku disuruh tunduk pada tirani,” demikian sepenggal bait yang dibacakan Chandra, mengabarkan kepada siapa pun bahwa selama ini di West Papua telah terjadi penjajahan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.


Suasana kelam tergambar dari raut wajah puluhan pasang mata yang menyaksikan pertunjukan tersebut. Sembari membacakan puisi, TB Alim Kompromi juga menampilkan slide show yang berisikan tragedi-tragedi penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan yang telah dilakukan oleh tentara dan polisi Indonesia.

Dari Rakyat Indonesia untuk West PapuaSelain bermusik dan berdeklamasi, TB Alim Kompromi juga menampilkan aksi teatrikal yang dilakukan oleh Eko Mambor. Aksinya yang total menambah kelam suasana pertunjukan tadi malam.

Chandra mengemukakan, TB Alim Kompromi adalah sayap Komite Kebudayaan Rakyat Aliansi Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) yang akan terus berjuang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan.

“TB Alim Kompromi adalah sayap Komite Kebudayaan Rakyat Aliansi Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi Bandung—yang kemungkinan keberadaan namanya bisa berganti-ganti. Kalau kata Wiliam Shakespeare, apalah artinya sebuah nama. Namanya bisa berganti kalau tiba-tiba kita pentas lagi. Terus kalau ada salah satu anggota yang mengusulkan nama lain, silahkan diubah. Yang terpenting adalah tauhid perlawanannya tidak luntur atau dibungkam,” kata Chandra

Chandra juga mengungkapkan bahwa dengan mengangkat tema Papua, TBAlim Kompromi ingin mengabarkan penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Indonesia terhadap West Papua. Dan sebagai Rakyat Indonesia yang beradab, sudah semestinya kita tidak boleh diam melihat apa yang selama ini terjadi di tanah Papua.

“Sebagai seorang manusia yang menyadari bagaimana semestinya akal sehat difungsikan, jika, misal, melihat manusia ditembaki badannya, diseret kepalanya di aspal, diburaikan ususnya oleh orang Indonesia, masih mau diam melihat hal itu? Kekayaan alamnya hanya dijadikan sarapan empuk buat investor, kapitalis, dan birokrat. Sementara orang Papuanya sendiri hanya dilibatkan sebagai mangsa yang siap disantap nyawanya. Maka, di tengah bungkamnya orang-orang yang mendaku dirinya sebagai seorang aktivis, seniman, sastrawan, dan sejumlah predikat lainnya melihat kondisi itu, kami ingin mengangkat tema Papua sebagai bentuk dukungan SORAK terhadap self-determination untuk bangsa West Papua,” ujar Chandra.

            Chandra melanjutkan, “Satunya-satunya cara bersolidaritas dengan mereka adalah ikut satu barisan bersama kawan-kawan Papua. Bukan menjauhinya. Berjuang itu tidak tersekat teritori dan identitas, mereka adalah sama dengan kita, manusia! Siapa lagi yang akan mengangkat derajat manusia di hadapan todongan senjata selain manusia itu sendiri,” ucap Chandra

Seni sebagai alat perjuanganKomite Kebudayaan Rakyat Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) mengedepankan seni yang tidak hanya menghadirkan kesenian-kesenian elitis, tetapi lebih dari itu, berpijak pada prinsip demokratik, cita-cita luhur sosialisme.

“Kami sedang belajar, bagaimana antara konstruksi seni bisa tinggi secara kualitas maupun gagasan meluas. Seni adalah senjata perlawanan juga. Bersolidaritas pada bangsa Papua lewat seni hanya bagian kecil dari agenda perjuangan. Ada yang lebih besar dari itu. Perlawanan tidak bisa dengan cara-cara berdamai, perlawanan mesti dihadapkan dan berani berkonfrontasi, tidak kompromis,” tandas pemuda berambut gondrong yang juga merupakan ketua Komite Kebudayaan Rakyat SORAK itu.

berikut foto-foto kampannye papua merdeka dengan cara pameran budaya dan puisi;


   






editor    : cheko papua



Mahasiswa Papua Kecam Praktik Militerisme

foto masa aksui aliansi mahasiswa papua



Rimanews - bandung jawa barat. 01/12/2016 Aliansi Mahasiswa Papua (KK-AMP) Komite Kota Jakarta mengecam keras praktik militerisme terhadap rakyat Papua Barat.
Disebutkan Ketua Pengurus KK-AMP Jakarta Frans Nawipa, militerisme itu adalah pandangan dan cara yang digunakan oleh individu maupun institusi untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan.


Selanjutnya, kata Frans, praktik militerisme yang terakhir terjadi pada tahun 2015 pembubaran pasca aksi mahasiswa Papua yang tergabung
dalam gerakan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jakarta 1 Desember 2015, sekaligus penangkapan 306 Mahasiswa Papua oleh Kapolda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.
"Jadi militerisme itu juga bisa berarti tindakan represif, arogan dan atau reaksioner dalam menyikapi dan menyelesaikan sebuah persoalan," tegas Frans saat diskusi bertema 'Represi Militerisme lndonesia terhadap Rakyat Papua' di Gedung YLBHI Jakarta, Kamis (11/2/2016).
Lebih lanjut, Frans menceritakan sejarah gelap militerisme di Tanah Papua. Dimulai dari tanggal 19 Desember 1961 yang biasa disebut peringatan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Kala itu, walaupun Papua Barat telah mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat pada 1 Desember 1961, tetapi kemerdekaan itu hanya berumur 19 hari, karena tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengeluarkan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
"Realisasi dari isi Trikora ini, maka Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Keputusan Presiden No.1 Tahun 1962 yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto untuk melakukan Operasi Militer ke wilayah Irian Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda. Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu," beber dia.

Dan yang terakhir pada tanggal 19 Desember 2015, AMP dalam menyikapi momen Trikora itu, lagi-lagi secara tiba-tiba dibubarkan secara paksa dan menangkap 23 massa aksi yang tergabung dalam Gerakan AMP.
Selain itu, lanjut Frans, tindakan militerisme yang selalu digunakan oleh lndonesia dan Corporasi (perusahaan asing-Freeport dkk) dalam menangani berbagai persoalan di Papua menunjukkan wajah sesungguhnya dari Indonesia yang represif, arogan dan reaksioner.
"Maka penting perlawan terhadap militerisme dilakukan oleh rakyat Papua yang menghendaki terciptanya demokratisasi di Tanah Papua. Karena selama militerisme masih dipraktekan di Tanah Papua selama itu juga demokratisasi di Tanah Papua tidak akan pernah terwujud. Justru yang akan tercipta adalah kekerasan demi kekerasan yang akan terus melahirkan pelanggaran HAM dan ketidakadilan," pungkasnya.

HASIL PLENO KPU TOLIKARA DALAM RANGKA PEMILIHAN SERENTAK BUPATI 2017


foto dalam ruangan KPU
saat memberikan hasil pleno
kepada ketua Tim sukses AMOS ABE BEKA
 Tolikara karubaga  24 oktober 2016 . Cheko papua . Dalam rangka pemilihan serentak bupati tahun 2017 yang akan berlangsung di beberapa daerah propinsi papua dan papua barat , dalam hal ini KPUD kabupaten Tolikara Pada hari ini senin 24 oktober telah melakukan pleno sesui dengan jadwal yang di tetapkan oleh KPU Tolikara . Hasil pleno yang di lakukan oleh KPU Tolikara mensahkan hannya dua pasangan bakal  calon bupati Tolikara yakni Pasangan Usman W. Ganimbo, SE. M.Si dengan pasangannya dan pasangan bakal calon bupati Amos beka abe . 

Dari 4 pasangan calon yang maju berkibra di arena politik pemilihan serentak2017 nanti. Menurut ketua KPU kabupaten Tolikara Osea Genongga,S.Sos ,pleno yang kami lakukan hari ini sesuai jadwal KPU pusat dan KPU daerah karena waktu kami semakin dekat untuk melakksanakan  pemilihan serentak maka itu kami harus melakukan pleno dalam bulan ini , hasil pleno yang kami sahkan sesuai dengan aturan dan prosedur KPU yang kami tetapkan dalam aturan pemilihan , dan pengesahan pasangan calon itu mutlak.

 cheko papua bertannya apakah beberapa calon yang tidak di sahkan itu kenapa" jawab ketua KPU kami sudah membuka pendaftaran bakal calon dari awal tahun ini hingga bulan ini kami melaksanakan pleno , sesuai aturan  dari KPU pusat dan kami KPUED di dareh sudah menetapkan persyaratan bakal calon mulai dari kursi parpol sampai yang lain harus sesuai permintaan KPU dan hal ini lah yang bisah membawah dan mendukung bakal calon untuk lolos dan tidak tapi kalau masi kalang kabut dan tidak sesuai prosedur yang jelas kami KPU tetap ikuti aturan yang ada di KPU untuk menetapkan bakal calon lolos dan tidak , untuk maju di pemilihan serentak kabupaten tolikara masa bakti 2017-2025 nanty. 
.
kenapa hannya dua calon yang di loloskan dan di sahkan pada saat pleno tannya cheko papua kepada KPU Tolikara , ketua KPU menjawab semua bakal calon  yang maju ini anak asli Tolikara dan mempunnyai hati untuk membangun daerah Tolikara dan kami KPU tidak membedakan semuanya itu sangat baik , hannya aturan yang berlaku dari KPU pusat sampai daerah maka itu kami KPU daerah TOLI harus menggikuti mekanisme dan aturan KPU yang berlaku , kami KPU daerah sudah memberikan persyaratan kepada bakal calon yang sip maju untuk pemilihan serentak , hingga sampai saat ini cuman dua bakal calon ini yang memenuhi syarat untuk lolos menjadi bakal calon sah , sekali lagi saya tegaskan hal ini sesui aturan di KPUD dan KPU propinsi dan pusat. 

Foto Bakal Calon USMAN WANIMBO
Bersama pendukungnya
seteh terima hasil pleno KPUD  tolikara



editor . ferry cheko kogoya


Masyarakat pendukung DOB Kabupaten Bogoga gelar syukuran

Tim pemekaran DOB Bogoga,
Elvis Karoba (kiri) dan Yoren Wanimbo
 (kanan) pada acara syukuran
di Lereh, Kabupaten Jayapura –
JUBI/Yance Wenda
Sentani, Jubi – Masyarakat dari Distrik Bokondini, Bewani, Bokoneri, Kamboneri, Wunin, Kaega dan Tinori, Kabupaten Bogoga melakukan syukuran di Lereh, Kabupaten Jayapura, atas penetapan Kabupaten Bogoga sebagai calon Daerah Otonom Baru (DOB) dengan ibukota di Bokondini.
Ketua tim pemekaran DOB Bogoga, Yoren Wanimbo mengatakan pihaknya sedang menunggu SK pengesahan pada tahun 2017 dan siap menjalankan pemerintahan.
 “Saya mengajak intelektual tujuh distrik untuk dapat menyatukan barisan besama-sama membangun Kabupaten Bogoga, karena Kabupaten ini bukan milik sekelompok orang atau kepentingan seseorang melainkan untuk masyarakat umum di tujuh distrik,” kata Yoren Wanimbo.
Yoren mengakui bahwa Bogoga masih daerah persiapan. “Kami ini daerah persiapan, kami diberikan waktu itu tiga tahun, kalau kita tidak bekerja selama tiga tahun maka akan dikembalikan ke daerah induk,” tuturnya saat ditemui di Pos 7 Sentani, Selasa (11/10/2016).
Wanimbo juga mengatakan bahwa Kabupaten Tolikara mendukung 100% dan alokasi dana yang diberikan oleh Bupati Tolikara sebesar 50 miliar pertahun selama tiga tahun, katanya. Calon DOB Kabupaten Bogoga ini adalah pemekaran dari Kabupaten Tolikara.
Elvin Karoba selaku koordinator tim pemekaran Kabupaten Bogoga untuk wilayah Jayapura, Sentani, Taja dan Lereh, meminta kepada seluru tim, baik ‘Tim Bogoga’ dan ‘Tim Wanuwi’ untuk bersatu, karena yang ditetapkan pemerintah pusat adalah Bogoga, katanya.
“Saya meminta kepada semua tokoh intelektual, tokoh gereja, dan pemuda untuk bersatu membangun Kabupaten Bogoga dengan ibu kota Bokondini,” ujarnya Elvin.
Dirinya juga meminta kepada berbagai pihak terkait, dalam hal ini Bupati Tolikara, Bupati Mambramo dan Gubernur  Provinsi Papua agar lebih mendorong lagi Surat Pengesahan bisa segera dikeluarkan.
“Kami berharap Pemerintah Pusat bisa melihat pemekaran ini bagian dari proses percepatan pembangunan ke masyarakat pelosong,” kata dia.
“Saya mengharapkan kepada Komisi II DPR RI dan menteri dalam negeri segera memproses surat pengesahan Kabupaten Bogoga tersebut tersebut di awal bulan tahun 2017,” ujarnya Karoba.(*)

KPU waspadai Pilkada Tolikara dan Lanny Jaya

Masyarakat Tolikara ketika menghadiri deklarasi
salah satu pasangan
 bakal calon kepala daerah - Jubi/Roy Ratumakin
Jayapura, Jubi - Ketua KPU Papua, Adam Arisoi menyatakan dua daerah yang diwanti-wanti pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2017 mendatang yakni Tolikara dan Lanny Jaya. 
Ia mengatakan, tak menutup kemungkinan ada "dendam" politik pada Pilkada lima tahun lalu di daerah itu. Apalagi bakal calon yang akan bersaing pada Pilkada 2017 mendatang merupakan mereka yang ikut ambil bagian pada Pilkada sebelumnya. 
"Dua daerah yang kami wanti-wanti yaitu Lanny Jaya dan Tolikara. Ibarat “kakak pulang kampung”. Tapi kini proses regulasi berbeda dengan lima tahun lalu," kata Adam, Rabu (12/10/2016).
Untuk menghindari berbagai kemungkinan gesekan antar pendukung pasangan calon penyelenggara Pilkada ditingkat bawa dipacu dan diingatkan bekerja jujur dan transparan. 
"Langkah terakhir kami akan undang semua calon dan saksi-saki untuk Bimbingan Teknis (Bimtek) oleh KPU Provinsi Papua. Saksi-saki harus tahu aturan. Terutama di Tempat Pemungutan Suara (TPS)," ucapnya.
Menurutnya saksi para calon harus berada di TPS sebelum proses pencoblosan dimulai. Setelah proses pencoblosan, saksi harus mengikuti rekapitulasi penghitungan suara hingga tuntas dan mencatat perolehan suara setiap pasangan calon, suara sah dan suara tak sah. 
Pekan lalu, Polda Papua, KPUD dan Panwaslu 10 kabupaten, satu kota di Papua yang akan melaksanakan Pilkada serentak 2017 melakukan pertemuan. Pertemuan itu mengetahui perkembangan situasi di lapangan. 
Kapolda Papua, Irjen (Pol) Paulus Waterpauw mengatakan, pertemuan itu guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya benturan di lapangan ketika ada pasangan bakal calon yang dinyatakan tak lolos oleh KPUD pada saat penetapan pasangan calon, ‪24 Oktober 2016 mendatang. 
"Hampir semua daerah di pegunungan tengah Papua rawan. Misalnya Nduga. Di Kabupaten Tolikara dan Lanny Jaya juga rawan akan dendam lima tahun lalu. Kabupaten Puncak Jaya juga. Di Puncak Jaya, kemungkinan gangguan keamanan dari kelompok bersenjata bisa terjadi dan itu bisa saja menghambat Pilkada," kata Kapolda Waterpauw. (*)

Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) Bandung Jawa barat

foto waktu dan tempat kegiatan aksi sorak

Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK).Bandung Jawa Barat 31 Juli 2016. Cheko Papua. 
Kapitalisme krisis. Dunia tak pernah mengalami perubahan menuju situasi baik. Sejak kapitalisme mengalami krisis ekonomi tahun 1929 (great depression), rutinitas krisis terjadi secara periodik. Kelimpahan barang tanpa daya beli (excess supply) adalah bentuk krisis yang sudah ada di depan mata.Bila pada krisis 1929, modal hancur karena tidak bisa diinvestasikan ke dalam sektor riil, maka di masa kini modal lebih untung ditanamkan ke sektor finansial (perdagangan saham dan uang) karena sudah lama tidak bisa (tidak cepat menguntungkan) ditanamkan ke sektor riil. Karena itulah (tidak ada ekspansi modal ke sektor produktif) yang menjadi penyebab utama pengangguran, sebagai wujud krisis massal di dunia saat ini. Krisis berkelanjutan, bahkan semakin tak sistematis, dalam makna, sudah tidak bisa lagi diperkirakan indikasi-indikasinya oleh para arsitektur keuangan neoliberal..Imbas dari krisis itu juga dirasakan oleh Indonesia yang sumber investasinya menginduk pada negara-negara kapitalis. Hari demi hari dijalani dalam krisis, tapi neo-liberalisme melulu dianggap dan ditawarkan sebagai satu-satunya jalan keluar. Jalan keluar yang dijalankan dengan paksaan utang, dilanggengkan dengan perang dan kolonisasi, yang alih-alih membebaskan, justru malah menghancurkan..Indonesia; bangsa “kasihan” ini menjadi salah satu target dari penerapan neoliberalisme. Liberalisasi sumber daya alam menjadi tugas keseharian pemerintah, elite politik, DPR, intelektual borjuis, ekonom, aparat (pengaman investasi) dan semua parpol yang jahat itu..Batas minimal terbukanya ruang demokrasi, yang sanggup didobrak oleh gerakan rakyat dalam menumbangkan orde baru, sudah dimundurkan kembali. Kini, dinamika demokrasi berlangsung di tengah-tengah kebangkitan militerisme, fundamentalisme agama, dan kelompok-kelompok reaksioner lain. .Kesejatian demokrasi memiliki pra-syarat khusus yang harus dipenuhi yaitu: partisipasi aktif seluruh rakyat, dan, membebaskan gagasan/pikiran politik rakyat. Di mana pra-syarat tersebut menjadi landasan pijak/instrumen melabuhkan demokrasi menuju muaranya, yaitu demokrasi kerakyatan. Rakyat sebagai protagonisnya. .Banyak yang salah menduga bahwa sekarang adalah zaman demokrasi. Kiblatnya adalah Amerika. Salah besar. Demokrasi yang dibangun Amerika, dan menjadi panutan sekarang adalah demokrasi yang ditafsir berdasarkan logika investasi, kami menyebutnya sebagai demokrasi liberal. Demokrasi liberal tidak menghendaki partisipasi aktif rakyat. Demokrasi liberal adalah demokrasi prosedural. Melibatkan partisipasi rakyat hanya pada saat pemilu, dan ketika yang dipilih berdusta atas janji, rakyat ak punya hak mem-veto pilihannya. Bagaimana dengan partai politik yang ada? Partai politik yang ada sekarang hanya mekanisme/alat menipu konstituennya, wadah koruptor, wadah proyek cari uang elitenya, wadah politik uang. Bukanlah partai revolusioner yang mendasarkan dirinya pada aspirasi langsung dan kekuatan rakyat..Inilah wajah demokrasi liberal. Boleh berdemokrasi asalkan jangan menghambat investasi, artinya, jangan menghambat tuan-tuan kapitalis merampok kekayaan alam, menggarong hasil kerja buruh, merampas lahan petani adat, menggusur rumah rakyat. .Di Papua, mengapa rakyat Papua menghendaki kemerdekaan (ekonomi dan politik)? .Papua, pintu gerbangnya dibuka oleh perjanjian yang hanya ditandatangani 1.025 rakyat Papua—lebih dari 800.000 orang penduduk Papua waktu itu,—itupun berada di bawah ancaman senjata tentara, dipaksa memilih bergabung dengan Indonesia di tahun 1969, lalu, tamu dari luar masuk membawa legitimasi berupa perjanjian yang dipaksakan; membawa senjata, berbaju loreng, melakukan persekusi, membunuh, merusak tanah Papua, mengusir tetua adat, mendorong masyarakat adat di ambang batas jurang, terlibas pembangunan..Setelah itu, mereka memapankan dominasinya dengan cara-cara militeristik. Program-program operasi militer diregulerkan demi memberi makan perwira-perwira militer. Operasi Sadar (1965-1967), peristiwa Kebar 26 Juli 1965, kasus Teminabuan (1966-1967), peristiwa Manokwari 28 Juli 1965 dan Operasi Militer 1965-1969, Operasi Brathayuda (1967-1969), Operasi Wibawa (1969), peristiwa penghilangan paksa di Sentani 1970, Operasi Militer di Paniai sepanjang 1969-1980, Operasi Militer di Jaya Wijaya dan Wamena Barat kurun 1970-1985, Operasi Jayawijaya (1977), Operasi Sapu Bersih I dan II (1981), Operasi Galang I dan II (1982), Operasi Tumpas (1983-1984), Operasi Sapu Bersih (1984), Operasi di Mapenduma (1996), pelanggaran HAM di Wasior (2001), dan operasi militer di Wamena (2003) dan Kabupaten Puncak Jaya (2004). Hingga detik ini, persekusi terhadap rakyat Papua yang menghendaki kebebasan sedang berjalan, dengan cara militeristik. Maklum, pemerintah dan aparatnya sedang membebek pada tuan kapitalis, yang dipertaruhkan adalah investasi senilai 265 triliun. Investasi bisnis yang hanya membesarkan perut kapitalis, elit borjuis dan perwira-perwira tingginya. .Karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa, hak tiap manusia maka, batasan-batasan kebahagiaan rakyat Papua tidak boleh dihalangi oleh keputusan-keputusan yang tak pernah mereka kehendaki sehingga, merebut kemerdekaan dari kolonialisme dan kapitalisme adalah sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya jalan keluar bagi rakyat Papua. .Namun, merebut kemerdekaan bukan perkara mudah, jalannya begitu rumit, cadas dan berliku. Apalagi, kepentingan tuan-tuan kapitalis membentang di jalur-jalur yang menjadi sumber kehidupan sehingga mengunci kesejahteraan rakyat. Sebenarnya, tidak hanya rakyat Papua yang menghendaki pembebasan. Rakyat Indonesia secara keseluruhan pun menghendakinya. Karena Indonesia kini tak pernah benar-benar merdeka. Kita dijajah kolonialisme, kapitalisme dan korporasi-korporasi. Di Rembang, Kebumen, Madura, Jatigede, Kalimantan, Jogjakarta, dan di seluruh isi laut-hutan-tambang di Indonesia dirampok kapitalis, baik itu asing maupun dalam negeri sendiri. .Pada saat itulah kemerdekaan harus dimaknai dan direbut, dengan alat persatuan, solidaritas antar gerakan rakyat dan membangun gagasan-gagasan revolusioner sebagai satu-satunya jalan keluar paling memungkinkan bagi pembebasan rakyat. Dan kita, rakyat korban kolonialisme-kapitalisme telah disatukan oleh kepentingan yang sama: Merdeka. Bebas dari penjajahan modal. .Kami, dari Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi, dalam kertas posisi ideologis-politik ini menyerukan: Tuntaskan perjuangan demokrasi, bangun kekuatan rakyat yang mandiri, nasionalisasi aset-aset sumber daya alam di bawah kontrol rakyat, hentikan represi terhadap rakyat. Untuk Papua: Referendum—hak menentukan nasib sendiri sebagai jalan keluar demokratis bagi rakyat Papua, tarik militer organik dan non-organik dari tanah Papua, bebaskan seluruh tapol-napol Papua, buka akses jurnalis di Papua, hentikan penangkapan terhadap aktivis pro-demokrasi. 

Korlap :

Yoga ZaraAndritra 



Top