Slider[Style1]

Suara West Papua

Internasional

Polhukam

Suara Mahasiswa

Opini

[GEMPAR]..!!! Kisah pasukan khusus TNI hancurkan sarang provokator Ambon

 Foto aparat TNI ada propokator


Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan geram mendapati fakta ada anggota TNI dan Polri yang menjual peluru pada gerakan pengacau keamanan di Papua. Panglima menyebut pengkhianatan itu sebagai duri dalam daging.

Sementara rekan-rekannya bertempur dan gugur ditembak kriminal bersenjata, orang-orang ini malah menjual peluru pada musuh.

“Saya akan pecat anggota itu. Saya tidak butuh dengan anggota seperti itu. Indikasi keterlibatan anggota saya memang telah lama terdengar dan mereka masuk ke dalam aparat,” tegas dia.

TNI dan Polri seharusnya berjuang untuk menjaga keutuhan NKRI. Ada cerita menarik bagaimana dulu para desertir TNI dan Polri malah menjadi provokator dan mengendalikan kerusuhan di Ambon.

Para perusuh di Ambon menjadikan Hotel Wijaya II sebagai markas komando mereka. Bangunan itu dipertahankan dengan aneka senjata dan sniper alias penembak jitu. Diduga mereka mendapat senapan dan amunisi dari gudang senjata Brimob yang dibobol saat kerusuhan. Saat itu tak kurang dari 900 senapan yang hilang. Belum ditambah pistol dan granat yang juga dijarah.

Aksi para perusuh makin brutal. Tanggal 22 Januari 2001, pasukan Batalyon Gabungan dikerahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh yang bertahan di Hotel Wijaya II. Pasukan Gabungan itu seluruhnya pasukan elite TNI. Unsur utamanya dari Kopassus dibantu Paskhas dan Marinir.

Sekitar pukul 05.00 WIT, tim melakukan serangan mendadak. Suara ledakan dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Para pasukan elite ini bergerak cepat melakukan raid dari satu ruangan ke ruangan. Mereka berusaha menangkap semua provokator hidup-hidup.
Pertempuran di sekitar Hotel Wijaya II berlangsung seperti layaknya perang kota di Sarajevo atau Stalingrad di Uni Soviet.

Pusat kegiatan para perusuh berada di lantai empat hotel yang dijadikan pusat komando pengendalian kerusuhan Ambon. Bertebaran berbagai peta dan rencana operasi para perusuh.

Pasukan Yongab TNI menyergap empat desertir TNI/Polri yang sering menembaki pasukan Yongab. Petugas juga menemukan 14 pucuk senapan organik TNI yang digunakan empat orang itu.

Empat desertir yang ditangkap itu adalah AKBP JS, lalu Iptu A, dan Ipda AA dari kepolisian, serta Mayor Inf NN. Selain empat orang itu, petugas juga menangkap 25 perusuh lain dari Hotel Wijaya.

Seorang perwira menuturkan di lokasi penggerebekan juga ditemukan narkoba, sabu dan wanita.

Setelah Hotel Wijaya II dikuasai, perlahan kekuatan perusuh di Ambon mulai menurun. Situasi pun mulai bisa dikendalikan aparat keamanan.

Sumber: Merdeka

PARTAI PAKAR HADIR DI KABUPATEN MAMBRAMO TENGAH PROPINSI PAPUA

FOTO DPC DEWAN PENDIRI CABANG PAKAR MAMTENGA FERRY C KOGOYA. ST

CHEKO PAPUA BANDUNG 23 DESEMBER 2016. Bertepatan degan hari kelahiran Tuhan Yesus Sang Juruselamat dunia , telah hadir partai baru PAKAR Partai Kerja Rakyat di daerah kabupaten mambramo tengaha propinsi papua . pendiri MPC Majelis pendiri cabangg dan Dewan pendiri cabang DPC Partai Pakar .saudara FERRY C KOGOYA .ST .

ferry Mengatakan  ketika di tannya cheko papua "Saya berjuang demi rakyat yang di tindas secara Perekonomian Daerah propinsi papua terlebih di daerah pegunungan  , kenapa karena saya melihat tujuan partai PAKAR ini adalah lebih kepada kerja rakyat menuju peningkatan pembagunan ekonomi daerah, Tujuan utama dari partai ini sangat menarik akan membagun koperasi di setiap distrik dan desa ,dan di mana masayarakat ekonomi lemah akan di bukan lapangan kerja seperti usaha-usaha kecil di setiap desa dan distrik.

Saya secara pribadi sebenarnya tidak ingin bergabung dalam dunia PARPOL tapi ada Roh Tuhan Yesus yang berbisik dalam saya punya hati demi rakyat yang di tindas dalam berbagai bidang , makanya saya harus terjung di dunia politik daerah demi perjuangan masyarakat papua dalam hal apapun.

Saya juga bersyuhkur karen saya sudah terima SP (surat pengesahan) Dari Majelis pendiri partai kerja Rakyat indonesia berpusat di jakarta pada tangal 23 desember 2016. N0. SP.22.004.XII/MPP.2016  ,surat SP langsung di sahkan oleh MPP .Bung. SUDIRMAN KADIR(ketua) dan sekretaris MPP. Bung R. ANGKA PRASETIA di jakarta . 

Saya merasah bersyuhkur kerja Tuhan Yesus dalam saya punnya hidup banyak hal yang saya lewati dalam dunia nyata , dan akhirnya Tuhan memberikan Tanggun jawab baru yang besar untuk saya dan teman-teman saya yang akan arahkan partai ini ke depan untuk kabupaten mambramo tengah dan lebih untuk propinsi papua dan papua barat. 

Harapan saya partai ini Partai baru yang akan terjung di dunia politik di tahun 2017 ke atas , maka itu saya ajak masyarakat kabupaten Mambramo Tengah , mahasiswa/i Mambramo Mengah, dan seluruh rakyat papua agar mendukung dalam Doa , materi dan fisik agar partai baru ini berjalan sesuai visi misi partai dan tujuan utama partai yang jelas.

saya juga ajak untuk masyarakat mambramo tengah dan rakyat propinsi papua mari bergabung bersma kami dan kita satukan tali perjuangan , demi masa depan rakyat kami dan demi kemajuan partai PAKAR dalam bidang apa pun. Partai ini terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung dan berjuang bersama demi pembagunan Ekonomi daerah terimakasih. 

Editor. paulin papua.

























SORAK BANDUNG MENUNTUT REFERENDUM BAGI BANGSA WEST PAPUA DALAM MEMPERINGATI TRIKORA 19 DESEMBER 1961.

TEMPO/Prima Mulia
Bandung Jawa Barat.19-12-2016. Cheko papua .Mahasiswa dari Solidaritas Rakyat Untuk Demokrasi melakukan aksi unjuk rasa di Bandung, Jawa Barat, untuk memperingati oprasi Trikora, 19 Desember 2016. Mereka menyatakan bahwa Trikora merupakan bentuk awal penjajahan di tanah Papua. Mereka juga menuntut pemerintah untuk memberikan hak dan kebebasan menentukan nasib sendiri bagi Papua.


Foto masa aksi Sorak bandung jawa barat

Dalam rangka memperingati Trikora yang terjadi di Papua pada tanggal 19 Desember 1961 silam, Solidaritas rakyat untuk demokrasi (Sorak) menggelar aksi didepan halaman Gedung Sate, Kota Bandung . Aksi yang juga diikuti oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menuntut agar segera menghapus PT Freeport BP, LNG Tangguh, MNC dan segala bentuk kapitalisme yang terjadi di Papua, Senin (19/12/2016).
“Aksi kami rakyat Indonesia yang peduli akan kemanusian dan sebagai manusia Indonesia yang beradap  dengan penuh jiwa kami mendukung pembebasan rakyat papua berbagai jajahan  kolonialisme,kami pun mendukung kemerdekan west papua dari NKRI . Kami dari sorak ingin segera meminta pemerintah menetapkan demokrasi atau jika tidak biarkan Papua memerdekakan sendiri negaranya,” ujar Koordinator Sorak, Bara, Senin (19/12/2016).
Melalui aksi kebebasan untuk Papua itu, Sorak mendesak dan menuntut tiga hal kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah yaitu kebebasan untuk Papua harus segera dilakukan, tarik militer ( TNI- Polri) sebagai syarat damai dan segera tutup Freeport, BP, LNG Tangguh dan MNC lainnya yang merupakan dalang kejahatan kemanusiaan di atas tanah Papua.
Bara juga menjelaskan jika saat ini di Papua sudah terjadi krisis demokrasi, setiap waktunya terjadi pembunuhan dan kekerasan kepada masyarakat Papua yang dilakukan oleh pihak-pihak berkepentingan serta kaum kapitalisme.
“Aksi lanjutan pasti ada, tapi kami terus berkoordinasi dengan teman-teman lainnya dan memantau reaksi pemerintah atas hal ini. Sebenarnya persoalan ini sudah dibicarakan selalu oleh PBB dan pemerintah, namun belum ada sikap yang pasti dan tegas,” lanjut Bara
Dalam aksi ini juga ketua AMP komite kota bandung TN. Ponak pagawak menambahakan dalam aksi ini juga kami mahasiswa papua yang bergabung dalam SORAK dan seluruh rakyat papua mendukung penuh rakyat papua barat menuju MSG , karena di MSG adalah forum melanesya yang akan membawa persoalan WEST PAPUA menuju ke berbagai Duni a dan lebih utama ke Forum tertinggi PBB. tandas ponak .

Editor : cheko papua.

TB Alim Kompromi Bandung Jawa barat Kampanyekan Pembebasan west Papua

Chandra TB Alim Kompromi berdeklamasi di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu (7/12)  malam
Cheko papua. Pembebasan Bandung, 8 Desember 2016 - Diawali dengan menyanyikan lagu Aku Papua karya Edo Kondologit, TB (Tim Berlawan) Alim Kompromi memulai pertunjukkannya di acara penutupan Pekan Literasi Kebangsaan, di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu (7/12) malam. Setelah lagu selesai didendangkan, terdengar suara “wa…wa…wa..”. Chandra, salah satu personil dari TB Alim Kompromi, sambil menari menggunakan pakaian adat West Papua, tangan bergoyang dan kaki yang melangkah senada dengan bunyi gendang yang ditabuh, memasuki panggung pertunjukkan. Ia kemudian membacakan puisi yang berjudul Percakapan Mimpi dengan Karma.

Puisi Percakapan Mimpi dengan Karma menggambarkan perjuangan Filep Karma dan Rakyat West Papua untuk lepas dari belenggu penjajahan Indonesia.

“Papua, 6 Desember itu/sekumpulan pasukan tentara Indonesia datang/dengan laga yang tak lagi bersahaja/membubarkan pengibaran Bintang Kejora/satu alasan yang mungkin kita bisa terima/juga tidak, aku disuruh tunduk pada tirani,” demikian sepenggal bait yang dibacakan Chandra, mengabarkan kepada siapa pun bahwa selama ini di West Papua telah terjadi penjajahan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.


Suasana kelam tergambar dari raut wajah puluhan pasang mata yang menyaksikan pertunjukan tersebut. Sembari membacakan puisi, TB Alim Kompromi juga menampilkan slide show yang berisikan tragedi-tragedi penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan yang telah dilakukan oleh tentara dan polisi Indonesia.

Dari Rakyat Indonesia untuk West PapuaSelain bermusik dan berdeklamasi, TB Alim Kompromi juga menampilkan aksi teatrikal yang dilakukan oleh Eko Mambor. Aksinya yang total menambah kelam suasana pertunjukan tadi malam.

Chandra mengemukakan, TB Alim Kompromi adalah sayap Komite Kebudayaan Rakyat Aliansi Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) yang akan terus berjuang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan.

“TB Alim Kompromi adalah sayap Komite Kebudayaan Rakyat Aliansi Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi Bandung—yang kemungkinan keberadaan namanya bisa berganti-ganti. Kalau kata Wiliam Shakespeare, apalah artinya sebuah nama. Namanya bisa berganti kalau tiba-tiba kita pentas lagi. Terus kalau ada salah satu anggota yang mengusulkan nama lain, silahkan diubah. Yang terpenting adalah tauhid perlawanannya tidak luntur atau dibungkam,” kata Chandra

Chandra juga mengungkapkan bahwa dengan mengangkat tema Papua, TBAlim Kompromi ingin mengabarkan penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Indonesia terhadap West Papua. Dan sebagai Rakyat Indonesia yang beradab, sudah semestinya kita tidak boleh diam melihat apa yang selama ini terjadi di tanah Papua.

“Sebagai seorang manusia yang menyadari bagaimana semestinya akal sehat difungsikan, jika, misal, melihat manusia ditembaki badannya, diseret kepalanya di aspal, diburaikan ususnya oleh orang Indonesia, masih mau diam melihat hal itu? Kekayaan alamnya hanya dijadikan sarapan empuk buat investor, kapitalis, dan birokrat. Sementara orang Papuanya sendiri hanya dilibatkan sebagai mangsa yang siap disantap nyawanya. Maka, di tengah bungkamnya orang-orang yang mendaku dirinya sebagai seorang aktivis, seniman, sastrawan, dan sejumlah predikat lainnya melihat kondisi itu, kami ingin mengangkat tema Papua sebagai bentuk dukungan SORAK terhadap self-determination untuk bangsa West Papua,” ujar Chandra.

            Chandra melanjutkan, “Satunya-satunya cara bersolidaritas dengan mereka adalah ikut satu barisan bersama kawan-kawan Papua. Bukan menjauhinya. Berjuang itu tidak tersekat teritori dan identitas, mereka adalah sama dengan kita, manusia! Siapa lagi yang akan mengangkat derajat manusia di hadapan todongan senjata selain manusia itu sendiri,” ucap Chandra

Seni sebagai alat perjuanganKomite Kebudayaan Rakyat Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) mengedepankan seni yang tidak hanya menghadirkan kesenian-kesenian elitis, tetapi lebih dari itu, berpijak pada prinsip demokratik, cita-cita luhur sosialisme.

“Kami sedang belajar, bagaimana antara konstruksi seni bisa tinggi secara kualitas maupun gagasan meluas. Seni adalah senjata perlawanan juga. Bersolidaritas pada bangsa Papua lewat seni hanya bagian kecil dari agenda perjuangan. Ada yang lebih besar dari itu. Perlawanan tidak bisa dengan cara-cara berdamai, perlawanan mesti dihadapkan dan berani berkonfrontasi, tidak kompromis,” tandas pemuda berambut gondrong yang juga merupakan ketua Komite Kebudayaan Rakyat SORAK itu.

berikut foto-foto kampannye papua merdeka dengan cara pameran budaya dan puisi;


   






editor    : cheko papua



Dihadang Water Canon, Ratusan Aktifis Pro Papua Merdeka Ditahan

Saat Polisi menghadang masa aksi dengan Water canon di Jakarta 1/012/2016.
Jakarta -- cheko kpapua com. 1 desember 2016. Sekitar dua ratusan orang ditahan pihak kepolisian Jakarta saat aksi 1 Desember yang dilakukan bersama FRI (Front Rakyat Indonesia) West Papua dengan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) se Jawa dan Bali.
“Sekitar dua ratusan orang. Mereka dibawa ke Polda Jakarta. Tapi sudah mau dilepaskan,” kata Veronika Koman, pengacara Papua Itu Kita yang mendampingi pelaku aksi, Kamis (1/12/2016).
Diantara mereka yang ditahan, terdapat juga Surya Anta, juru bicara FRI West Papua dan Jefry Wenda, Ketua Umum AMP.
Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua, Surya Anta (kanan) dalam mobil tahan 1/12/2016.
“Pada saat dorong-dorongan, saya jatuh. lalu saya ditarik oleh polisi menjauhi kerumunan massa aksi. Setelah lepas dari massa aksi, saya ditarik ke barisan polisi. Disitu saya dipukul menggunakan pentungan 2 kali ke bagian kepala dan tubuh. setelah itu saya diseret ke mobil tahanan. saat akan dimasukkan ke mobil tahanan, saya ditendang di bagian punggung,” ungkap Surya tentang bagaiman ia ditahan.
Baca ini: Ini Statement Deklarasi Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WEST PAPUA)
Polisi menghadapi para pelaku aksi dengan semburan air water canon saat berorasi di sekitar Bundaran HI setelah berjalan dari kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Masa aksi dihadang oleh Polisi di Yogyakarta 1/12/2016.
Selain di Jakarta, aksi di Yogyakarta yang dilakukan dalam rangkaian peringatan 1 Desember ini juga berakhir dengan penangkapan
“Sekitar 14 orang peserta aksi dan ada tiga orang dari PBH dan LBH Yogyakarta dalam aksi di Yogyakarta yang ditahan polisi,” kata Karon, aktivis Papua Itu Kita.
Masa aksi yang ditahan oleh Polda Metro Jaya di Jakarta 1/12/2016.

Baca ini: ULMWP Apresiasi Aksi 1 Desember FRI West Papua
1 Desember diperingati oleh rakyat Papua sebagai hari kemerdekaan bangsa Papua sebab tanggal tersebut pada tahun 1961 ditetapkan pengibaran Bendera Bintang Fajar atau Kejora. Waktu itu Nieuw Guinea Raad atau Dewan Perwakilan Rakyat New Guinea menetapkan pengibaran bendera antara 1 November dan 1 Desember tetapi akhirnya diputuskan 1 Desember 1961. (*)
Baca berikut ini:
  1. FRI-West Papua Serukan Referendum
  1. Kenapa Orang Indonesia dukung Penentuan Nasib Sendiri Papua?
  1. Dukung "Self Determination", FRI West Papua Dideklarasikan di Jakarta
  1. Surya Anta Ginting Deklarator Papua Menentukan Nasib Sendiri





















Mahasiswa Papua Kecam Praktik Militerisme

foto masa aksui aliansi mahasiswa papua



Rimanews - bandung jawa barat. 01/12/2016 Aliansi Mahasiswa Papua (KK-AMP) Komite Kota Jakarta mengecam keras praktik militerisme terhadap rakyat Papua Barat.
Disebutkan Ketua Pengurus KK-AMP Jakarta Frans Nawipa, militerisme itu adalah pandangan dan cara yang digunakan oleh individu maupun institusi untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan dengan jalan kekerasan.


Selanjutnya, kata Frans, praktik militerisme yang terakhir terjadi pada tahun 2015 pembubaran pasca aksi mahasiswa Papua yang tergabung
dalam gerakan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jakarta 1 Desember 2015, sekaligus penangkapan 306 Mahasiswa Papua oleh Kapolda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.
"Jadi militerisme itu juga bisa berarti tindakan represif, arogan dan atau reaksioner dalam menyikapi dan menyelesaikan sebuah persoalan," tegas Frans saat diskusi bertema 'Represi Militerisme lndonesia terhadap Rakyat Papua' di Gedung YLBHI Jakarta, Kamis (11/2/2016).
Lebih lanjut, Frans menceritakan sejarah gelap militerisme di Tanah Papua. Dimulai dari tanggal 19 Desember 1961 yang biasa disebut peringatan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Kala itu, walaupun Papua Barat telah mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat pada 1 Desember 1961, tetapi kemerdekaan itu hanya berumur 19 hari, karena tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengeluarkan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
"Realisasi dari isi Trikora ini, maka Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Keputusan Presiden No.1 Tahun 1962 yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto untuk melakukan Operasi Militer ke wilayah Irian Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda. Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu," beber dia.

Dan yang terakhir pada tanggal 19 Desember 2015, AMP dalam menyikapi momen Trikora itu, lagi-lagi secara tiba-tiba dibubarkan secara paksa dan menangkap 23 massa aksi yang tergabung dalam Gerakan AMP.
Selain itu, lanjut Frans, tindakan militerisme yang selalu digunakan oleh lndonesia dan Corporasi (perusahaan asing-Freeport dkk) dalam menangani berbagai persoalan di Papua menunjukkan wajah sesungguhnya dari Indonesia yang represif, arogan dan reaksioner.
"Maka penting perlawan terhadap militerisme dilakukan oleh rakyat Papua yang menghendaki terciptanya demokratisasi di Tanah Papua. Karena selama militerisme masih dipraktekan di Tanah Papua selama itu juga demokratisasi di Tanah Papua tidak akan pernah terwujud. Justru yang akan tercipta adalah kekerasan demi kekerasan yang akan terus melahirkan pelanggaran HAM dan ketidakadilan," pungkasnya.

Diskusi Jurnalisme di Papua oleh viktor mambor ( tabloit jubi) di Bandun Jawa Barat

foto undangan  SORAK Bandung
Jurnalisme di Papua
BANDUNG 9 NOVEMBER 2017. CHEKO PAPUA .Slogan kemerdekaan pers sudah bergema sejak lama, selama itu pula kemerdekaan pers masih terus dihambat kemerdekaannya. Terutama jika aktifitas pers membentur barikade-barikade kepentingan modal, berpotensi membongkar kejahatan kekuasaan, terutama di Papua.

 Ada apa dengan Papua? Sebuah wilayah yang disebut dalam nyanyian Edo Kondologit sebagai surga yang jatuh di bumi ini merupakan sumber keuntungan bagi bangsa penjajah (kolonialisme-kapitalisme). Karena modal bisnis yang dipetaruhkan bernilai triliunan, maka stabilitas politik di Papua tak boleh diganggu oleh pemberitaan-pemberitaan pers yang merugikan bangsa penjajah. Ditutuplah suara-suara Rakyat Papua.

Besarnya dominasi kepentingan dan kolaborasi jahat antara militer, korporasi, elit politik nasional maupun lokal, membuat Papua seperti dikelilingi tembok raksasa berkawat-duri, terutama bagi aktifitas jurnalistik. Suara-suara fakta menjadi samar, kebenaran ditentukan oleh pers yang pro kekuasaan, kemerdekaan pers dipecundangi oleh kemerdekaan barbarianism investasi.
Terutama di Papua—catat ini baik-baik—tidak ada slogan kemerdekaan pers yang ampuh sebagai mantra-mantra jurnalis melawan pembungkaman pers.

Mampukah UU Pers No. 40 Tahun 1999 bekerja sesuai ideal-ideal dalam Pasal 4 ayat 1 “Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara”? Dalam Pasal 4 ayat 2: “Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran”? Dalam Pasal 4 ayat 3: “Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi”? Berjalankah ideal-ideal tersebut bagi pemberitaan di Papua?

Konsistensi kemerdekaan pers harus dipegang, dengan adanya kepentingan kekuasaan, perjuangannya tentu jauh lebih sukar dijalankan di Papua. Upaya mendiskusikan dan kerja konkret untuk kemerdekaan pers di Papua harus didorong maju. Karena kemerdekaan pers dijamin Undang-Undang maka segala pelanggaran konstitusi tak bisa dibiarkan begitu saja. Pers memiliki payung hukum, organisasi, juga Dewan Pers. Kini mereka semua sedang dipecundangi, dan fakta di Papua telah ditutup-tutupi dari Rakyat.
Ikuti diskusinya!
Sabtu, 12 November 2016.
Jam 4 sore
Di Saing Budaya Sumedang (SABUSU), area UNPAD Jatinangor

Editor: cheko

Top