Ferry cheko kogoya |
Sejak jaman penjajahan, para penjajah sudah paham betul kelemahan Bangsa Indonesia, yaitu masyarakatnya yang mudah di pengaruhi / dihasut untuk saling membenci.
Tidaklah susah Penjajah menerapkan politik PECAH BELAH atau Penjajahan Belanda mengistilahkan Divide et impera.
Politik pecah belah atau politik adu domba adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat Politik pecah belah juga di gunakan penguasa-penguasa negeri ini untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya.
Sekarang mari kita cermati apa yang terjadi dewasa ini di sekitar kita, Sejak bergulirnya gelombang Reformasi di era tahun 1997 /1998 dimana pemerintahan Soeharto di gulingkan apa yang kita rasakan? Masih hangat sekarang ini adalah kasus penyadapan yang dilakukan oleh Amerika dan Australia terhadap Indonesia.
Sudah sejak lama hal tersebut dilakukan, dan mereka sudah tau persis kelemahan Indonesia karena mereka belajar dari sejarah bangsa ini tentang efektifnya penerapan Politik Pacah Belah untuk mengacau pikiran semua warga Indonesia dengan mudahnya menumbuhkan rasa benci diantara warga hanya karena perbedaan.
Saling membenci karena beda agama, saling membenci antar Partai Politik, saling benci antar institusi dan kelembagaan, saling benci antar etnis dan suku, saling benci antar wilayah, saling benci antar warga masyarakat,saling benci antara kaya dan miskin, saling benci antar suporter sepak bola, salin benci antar sekolah, bahkan kalangan mahasiswa yang konon ceritanya adalah mahluk yang paling mulia di negeri ini dikarenakan berjasa melakukan reformasi juga saling membenci antar fakultas, yang paling ironis sebagian sudah mulai membenci budaya sendiri ( benci bahasa daerah, benci kesenian daerah, benci adat istiadat daerah tapi begitu di klaim Malaysia semua marah ) Rasa benci ini akan sangat mudah diolah untuk menjadi alat yang sangat efektif untuk menhancurkan pondasi sebuah negara, yaitu PERSATUAN dan KESATUAN.
Tidak segan bahkan hanya karena beda, warga Indonesia ini bisa dengan gampangnya saling menghina, saling merusak, saling serang bahkan saling membunuh ( contohnya : peristiwa Poso - Nasrani vs Muslim, peristiwa Sampit Kalimantan - Dayak vs Madura, dll ) Sekarang kita disibukan Pilkada dari tingkat Lurah, Bupati / Wali Kota, Gubernur, s.d Nasional yaitu Pemilu dan Pelilihan Presiden, sungguh melelahkan dan menyita banyak pikiran. Inilah kelemahan bangsa ini, perhatian terpecah sehingga kita mengabaikan masalah Ekonomi dan Kebangsaan Negeri ini.
Petani tidak dipehatikan jauh dari swasembada pangan, sayur, buah dan ternak, sektor pendidikan terbengkalai sehingga untuk pintar harus sekolah ke luar negri, sektor pembangunan infra struktur diabaikan kwalitasnya, pengelolaan Sumber Daya Alam tidak dioptimalkan sehingga tergantung pada asing, industri-industri strategis hancur satu demi satu ( IPTN ) sehingga tidak pernah mandiri, bahkan kedaulatan negri ini juga terancam ( cukup Timor Timur saja yang hilang ).
Indonesia perlu berhenti sejenak untuk berpikir. Mau sampai kapan kondisi ini dipertahankan, Indonesia sudah saatnya membutuhkan Pemimpin yang Pintar, Tangan Besi dan Mempunyai Ketegasan serta Kaku dalam Memimpin negri Ini dengan dilandasi rasa Nasionalisme yang Tinggi. Kita tunggu 2014, siapa Nahkoda Negara Indonesia? Pejuang yang Kuat atau hanya orang yang lemah, Kita semua yang menentukase. pandangan seorang mahasiswa secara politik .Opini : cheko papua