Add ca
Septi Meidogda (kedua kiri) dan
Zeth Wenda (tengah)
ketika memberikan keterangan pers
(Foto: Lincold Alvi/SP)
ption |
PAPUAN, Jayapura - Sejumlah mahasiswa dari
Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura yang menamakan diri Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) dan
Fakultas Teknik meminta Majelis Rakyat Papua (MRP) ikut bertanggung
jawab atas penangkapan sejumlah warga Papua yang melaksanakan aksi demo
damai, pada Senin (13/5/2013) kemarin, di depan Kampus tertua di Tanah
Papua itu.
“Kami ingin MRP sebagai lembaga kultur dan adat orang Papua agar ikut
bertanggungjawab atas penangkapan dua rekan kami, Yongky dan Elly.
Serta dua orang aktivis dari KNPB dan WPNA,” kata ketua umum DPM FISIP
Uncen, Septi Meidogda, didampingi rekan-rekanya saat jumpa pers di Prima
Garden, Abepura, Kota Jayapura, Selasa (14/5).
“Mengapa sampai pihak MRP yang kami minta pertanggung jawabanny
a,
alasanya karena MRP menolak menerima pendemo dan meminta aparat
kepolisian agar melakukan tindakan pengamanan yang berujung kepada
penangkapaan keempat orang tadi,” katanya.
Selain itu, Meidogda juga meminta kepada Gubernur Provinsi Papua,
Lukas Enembe untuk segera menyikapi permasalahan yang sedang terjadi di
wilayahnya dan berharap kepada Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian
dan aparat terkait agar segera membuka ruang demokrasi dan membebaskan
dua rekanya, serta aktivis KNPB dan WPNA yang ditangkap Senin kemarin.
“Bapak Enembe sebagai Gubernur Papua jangan tinggal diam, cepat
selesaikan masalah ini dan jangan berpangku tangan. Bapak Kapolda segera
bersikap bijaksana dan bebaskan rekan-rekan kami yang diambil paksa di
kampus Uncen,” kata Meidoga, diamini empat orang rekanya.
Zeth Wenda, rekan Septi Meidogda di FISIP Uncen merasa aneh dengan
pemberitaan bahwa ada dua anggota polisi yang terkena lemparan benda
keras sewaktu aksi demo damai kemarin.
“Saya kira pemberitaan ada polisi yang kena lempar hanya bagian dari
kebohongan publik saja. Seakan-akan penangkapan paksa rekan kami dan
aktivis KNPB serta WPNA menjadi benar oleh keadaan tersebut,” katanya.
Zeth menilai, langkah aparat keamanan (kepolisian) di Kota Jayapura
terkesan berlebihan dalam pengamanan aksi demo damai di depan kampus
Uncen Bawah pada Senin kemarin, karena datang dengan senjata lengkap
seperti akan menghadapi para teroris atau musuh di medan perang.
“Benar-benar lucu aparat keamanan kita, mengamankan demo saja pakai
senjata lengkap. Padahal kami lakukan demo hanya dengan suara lantang
tanpa senjata ataupun tameng,” katanya.
Dalam jumpa pers tersebut selain Septi Meidogda dan Zeth Wenda, ada
juga Fredy Lolo dan Bombow Sisyan dari DPM Fakultas Teknik serta Ismael
Alua dari DPM Fisip Uncen.
“Bapak Rektor Uncen juga harusnya memberikan kami ruang demokrasi,
mengapa penangkapan didepan kampus Uncen bisa terjadi. Dimana-mana areal
kampus merupakan kawasan yang dilindungi dan aparat polisi baik TNI
tidak diperbolehkan lakukan intervensi terhadap kegiatan mahasiswa yang
inginkan demokrasi,” tambah Meidoga.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, Empat aktivis Papua yang
ditangkap aparat keamanan adalah Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat
(KNPB), Viktor Yeimo, Sekertaris West Papua National Authorithy (WPNA),
Marthen Manggaprou, Yongky Ulimpa (23), Mahasiswa Universitas
Cenderawasih, dan Elly Kobak (17), Mahasiswa Universitas Cenderawasih.
Keempat aktivis tersebut ditangkap tepat di depan pintu Gerbang
Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) baru, Perumnas III, Waena,
Papua, pada Senin (13/5/2013), sekitar pukul 10.30 Waktu Papua.
LINCOLD ALVI
sumber :suarapapua.com