Lamaran agar West Papua jadi anggota dalam pertemuan Melanesian Spearhead Group di New Caledonia (Foto: Ist). |
Oleh: Filep Karma*
Rakyat West Papua dan kemerdekaannya, sekali lagi, jadi korban dan
tertunda gara-gara para pemimpin politik dan perjuangan Papua bakurebe
jadi “sa saja boleh.”
Sejak cita-cita kemerdekaan West Papua dikumandangkan tahun 1940an,
sampai saat ini, kembali persoalan bakurebe berulang dan berulang lagi.
Sampai hati sekali para pemimpin politik Papua korbankan rakyatnya
dan memberikan harapan-harapan palsu yang membungkus ambisi pribadi,
yang mengatasnamakan penderitaan rakyat?
Yang berjuang karna mo jadi presiden, ato perdana menteri, menteri
luar negeri, menteri keuangan, menteri dalam negeri, panglima TPN/OPM,
pokok super tertinggi dan lain-lain jabatan atau mau dapa gelar: Bapak
Papua atau Mama Papua. Bakurebe sebutan kepahlawanan yang membanggakan.
Saya ikhlas dan rela jika nama saya dilupakan dan dihapus, tidak
ditulis dalam sejarah bangsa West Papua! Sebab apa yang dikagumi
manusia, dibenci oleh yang Maha Pencipta (Lukas 16:15c).
Sadarlah! Wahai para pemimpin perjuangan papua.
Bersatulah! Tanggalkan segala egomu!
Rakyat West Papua masih dijajah!
Bersatulah! Dan bersama berjuang dalam satu satu strategi bersama
yang sinergis untuk membebaskan rakyat West Papua dari penjajahan,
penindasan, perampasan, perampokan, pemerkosaan, pemiskinan, penghinaan,
perlakuan diskriminasi ras, pemarginalan, pen-stereo-type-an ,
penghilangan paksa, penangkapan sewenang-wenang, penahanan tak sah,
penyiksaan, penahanan tanpa pengadilan, penculikan, pembunuhan,
pembunuhan tanpa jejak, genosida, dan segala bentuk kejahatan yang
merupakan pelanggaran hak asasi manusia pemerintah Indonesia!
Sejarah Papua mencatat cukup banyak kejadian bakurebe:
- 1940-an di Biak, Angganita Menufandu bakurebe pangaruh deng Birmor;
- 1950-an sampai 1961 di Hollandia, Markus Kaisiepo dan Nicolaas Jouwe bakurebe pangaruh di Dewan Papua (Nieuw Guinea Raad);
- 1962 sampai meninggalnya Markus Wonggor Kaisiepo, dorang dan
Nicolaas Jouwe, bakurebe jadi “presiden” West Papua sementara mereka
tinggal di Belanda;
- 1962 Group Serui Herman Wayoi bakurebe deng Group Biak Kaisiepo;
- 1972-1990 Seth Rumkoren dan Jacob Pray bakurebe jadi “presiden” dengan Michael Karet;
- 14-12-1988 Dr. Thomas Wanggai bakurebe jadi “presiden”;
- 02-06-2000 Theys H Eluay dan Thomas Beanal bakurebe jadi “presiden”;
- 5-08-2004 Edison Waromi dan West Papua National Authority bakurebe jadi “presiden”;
- 007 West Papua National Coalition for Liberation, Presidium Dewan
Papua dan West Papua National Authority bakurebe mewakili bangsa West
Papua di Pasifik Islands Forum akhirnya ditolak semua;
- 19-10-2011 Forkorus Yaboisembut, Edison Waromi, Samuel Paiki, Alberth Kaliele dan Terrianus Yokhu bakurebe jadi “presiden”;
- 17 Juni 2013, West Papua National Coalition for Liberation bakurebe deng Negara Federal Republik Papua Barat, satu organ WPNA, bakurebe mewakili bangsa West Papua di Melanesia Spearhead Group di Noumea, New Caledonia.
Semuanya ini harus jadi pelajaran buat torang smua. Yang
bakurebe-bakurebe hampir smua so mati! Tra dapat apa-apa!
Presiden-presiden so mati semua tanpa pernah jadi presiden betul.
Tapi torang pu rakyat blom merdeka. Trus Kamorang masi bakurebe trus kah?
Ssttttttooooooopppppp sudah!!!!!!
Rakyat West Papua ada menderita, ada mati setiap menit, ada menjerit setiap saat!
Apakah para pemimpin politik dan pemimpin perjuangan su buta dan pongo kah?
Ingat apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh yang Maha Pencipta.
Jangan petingkan dikagumi orang. Tapi pentingkan kebebasan rakyat
West Papua dari penjajahan Indonesia, lewat kerelaan hati untuk mengakui
dan menghargai hasil kerja sesama pejuang yang lain serta rela
bekerjasama mensinergiskan konsep perjuangan, tanpa menggunting dalam
lipatan.
*Filep Karma adalah Tawanan Politik Papua Merdeka. Ia
dihukum 15 tahun penjara oleh pemerintah Indonesia. Ia ditahan sejak
Desember 2004 di Jayapura, Papua.
sumber :suarapapua.com